Kerja Sama
Para pengabdi keadilan harus bekerja sama dan bersama-sama menentukan langkah, usaha untuk menyusun strategi atau program kerja.
Masalah keadilan sosial adalah masalah yang sangat kompleks dan karenanya perjuangan menegakkan keadilan menuntut keterlibatan berbagai pihak, orang-orang atau kelompok yang sungguh mempunyai maksud baik untuk mengembalikan martabat sesama sebagai manusia. Karenanya, para pengabdi keadilan harus bekerja sama dan bersama-sama menentukan langkah, usaha untuk menyusun strategi atau program kerja.
Tidak ada pengabdi keadilan yang menguasai segala bidang. Setiap pengabdi keadilan hanya dapat menyumbangkan sebagian kecil. Tidak setiap pengabdi keadilan mempunyai bakat untuk mengorganisir rakyat. Tidak setiap pengabdi keadilan mempunyai bakat diplomasi, lincah berhubungan dengan pelbagai pihak. Maka ada pengabdi keadilan yang terjun langsung di lapangan, ada yang tidak terjun langsung melainkan berpikir, berefleksi tentang langkah-langkah yang sudah atau akan diambil. Tetapi selalu diingat, membangun struktur sosial yang adil untuk kepentingan umum atau bersama tidak boleh menghancurkan pihak manapun.

Amat sangat disayangkan adanya fakta bahwa sedikitlah atau bahkan tidak ada sama sekali kerja sama antar-LSM (Lembaga Swadaya Mayarakat). Memang kelompok sasaran pelayanan dari setiap LSM bisa berbeda. Yang menjadi sasaran pelayanan mereka tukang becak, atau pedagang kaki lima, pedagang kecil, petani, petani kecil, buruh tani, nelayan atau yang lainnya.
Semakin seorang pengabdi keadilan punya komitmen tinggi terhadap keadilan, semakin tajam ia melihat ketidakadilan. Menghadapi situasi ketidakadilan, pengabdi keadilan pun semakin menyadari betapa kompleks dan rumitnya masalah ketidakadilan, dan bahkan mereka sering menjadi tidak berdaya. Karenanya, kerja sama dan saling mendukung antar-pengabdi keadilan sangatlah penting.
Yang sangat disayangkan adalah justru adanya persaingan antar para pengabdi keadilan. Bisa terjadi persaingan atau tidak adanya kerja sama disebabkan oleh adanya analisis terhadap situasi sosial, ekonomi, politik yang berbeda atau bertentangan. Tetapi bagaimanapun, adanya dialog di antara mereka diperlukan, sebab data-data sebagai bahan analisis yang mereka pakai sering berbeda atau sering tidak lengkap. Tentu saja persamaan hasil analisis sangat membantu, sekalipun toh harus diakui bahwa strategi atau cara bertindak yang diambil atas hasil analisis mungkin berbeda, sebab tijuan yang hendak dicapai bersifat jangka panjang dan menuntut banyak tahap aksi yang nyata.
Baca juga :
Pengabdi Keadilan dan Rakyat Kecil
Pengabdi Keadilan dan Ikatan Primordial
Pengabdi Keadilan, Ikan dan Kail
Membangun Paguyuban Kaum Marginal
Solidaritas
Kerja sama pengabdi keadilan ini juga sangat mendesak, berhubung kepentingan kelompok sasaran yang dilayani sering sama. Untuk ini, perlu dirumuskan tujuan atau kepentingan yang sama dari kelompok-kelompok rakyat kecil yang dilayani oleh pengabdi keadilan dalam menghadapi suatu masalah. Umpama, program kota bersih atau mengatasi kemacetan lalu lintas. Untuk melaksanakan program itu, yang menjadi korban adlah para pedagang kaki lima, tukang becak, atau pengemudi dokar. Kalau diadakan penertiban terhadap pedagang kaki lima, hingga kini tukang becak dan pengemudi dokar tinggal diam dan tidak menyatakan solidaritas mereka. Inilah kelemahan gerakan rakyat kecil, mudah dipecah belah, dan dibuat tidak melihat kepentingan bersama. Kalau satu kelompok dirugikan, hendaknya kelompok lain solider, ikut membela kelompok yang dirugikan. Juga amat penting peranan para buruh, yang karena tenggelam dengan kepentingannya sendiri, mereka seakan-akan tidak mau tahu akan nasib sesama orang kecil yaitu tukang becak, pedagang kaki lima, pengemudi dokar, dsb.

Kalau kelompok-kelompok orang kecil ini cukup bersatu, maka mereka akan mampu untuk bermusyawarah dengan para pengambil kebijakan/keputusan yang merugikan mereka. Perlu diberi catatan bahwa aksi mereka harus bersifat tanpa kekerasan. Adalah kesalahpahaman umum bahwa perubahan dalam masyarakat yang cukup mendasar harus dengan menggunakan kekerasan. Perubahan mendasar dicampuradukkan atau disamakan dengan teknik-teknik untuk mencapainya. Perubahan yang diharapkan adalah perubahan dalam distribusi atas kekayaan, status, dan kekuasaan. Sedang teknik bisa dalam berbagai bentuk aksi teror, perang gerilya, coup d’etat, atau dalam bentuk perjuangan tanpa kekerasan.
Perjuangan aktif tanpa kekerasan inilah yang selayaknya ditempuh. Perjuangan aktif tanpa kekerasan ini janganlah disalahgunakan oleh pihak yang kecil apalagi melawan dengan tindak kekerasan. Aksi mogok, atau aksi unjuk rasa adalah hak rakyat kecil, umpama buruh yang di Indonesia telah mendapat dasar hukum berdasar Keppres No. 27 tahun 1990.
Dengan demikian dapat dikatakan bahwa kegagalan atau keberhasilan perjuangan rakyat kecil tergantung dari sejauh mana mereka mendapat bantuan dari pihak luar yaitu kelompok rakyat kecil lain, atau para simpatisan lainnya, dan terutama dari sikap pihak yang menentang perjuangan mereka. Simpatisan ini biasanya datang dari kalangan intelektual dan para mahasiswa. Maka dari itu, pembentukan kelompok homogen bukanlah berarti lkelompok eksklusif, yang tuidak terbuka dan tidak mau bekerj a sama dengan kelompok homogen lainnya.
Baca juga :
Konflik Klas dan Perubahan Sosial
Memerdekakan Kelompok Marginal
Kemiskinan, Lingkungan Hidup, dan Keadilan Sosial
Dapatkan update berita pilihan dan terbaru setiap hari dari JagoKomsos.Org
Mari bergabung di Grup dan Chanel Telegram “JAGO KOMSOS“, caranya klik link https://t.me/jagokomsos kemudian join. Anda harus menginstall aplikasi Telegram terlebih dulu di ponsel.
Tulisan ini pernah dimuat di Harian KomPas, 2 September 1994.