Rosario Bukan Sekedar Untaian Doa Semata
Setiap bulan Oktober, umat Katolik memperingati Bulan Rosario. Rosario bukan sekedar untaian doa semata. Pada bulan ini, umat Katolik secara kolektiktif biasa berdoa bersama Bunda Maria. Di beberapa tempat, bahkan ada perarakan Patung Bunda Maria. Hal ini menunjukkan bagaimana penghormatan orang Katolik dan devosi yang luar biasa kepada Bunda Maria.

Menoleh pada sejarah, bulan Oktober didedikasikan sebagai Bulan Rosario atas dasar beberapa kejadian.
Dilansir dari A Brief History of the Rosary, sejarah Doa Rosario dimulai dengan kemenangan tentara Katolik yang meskipun jumlahnya sedikit tapi bisa menang melawan tentara Turki pada pertemuparan di Lepanto, lepas barat pantai Yunani. Hal ini mendorong Paus Gregorius XIII pada tahun 1573 menetapakan tanggal 7 Oktober sebagai Pesta Santa Perawan Maria Ratu Rosario.
Namun pada masa itu, perayaan itu masih dibuat khusus di gereja-gereja tertentu saja, yang altarnya khusus untuk Bunda Maria. Dalam perkembangannya, pada tahun 1716, Paus Klemens XI memperluas perayaan Pesta Ratu Rosario itu ke seluruh gereja. Selanjutnya, setelah seratus tahun kemudian, Paus Leo XIII pada tanggal 1 September 1883 menetapkan bulan Oktober sebagai Bulan Rosario.
Berdasar rentang peristiwa sejarah di atas, bisa dilihat bahwa Bunda Maria yang dikenang khusus pada Bulan Rosario ini adalah sosok yang akan membantu ketika umat Katolik mengalami kesulitan dan permasalah hidup. Hal ini membuat Maria juga dijuluki sebagai Bunda Penolong Abadi.

Di masa Pandemi Covid 19 saat ini, umat Katolik tetap membutuhkan bantuan Bunda Maria, terlebih karena begitu banyaknya permasalahan sekarang ini. Kita harus ingat bahwa kita tidak dapat menutup mata atas berbagai persoalan yang terjadi. Untuk itu, Bulan Rosario ini menjadi kesempatan yang amat baik untuk berdoa, sehingga ada titik terang guna mengupayakan penyelesaian dari banyaknya permasalahan yang dihadapi.
Dengan berbagai persoalan yang kita hadapi saat ini, maka di Bulan Rosario ini, kita harus sadar dan ingat bahwa berdoa Rosario tidak bisa sekedar untuk rutinitas tahunan. Ada beberapa alasan yang patut disimak berikut ini.

Sekedar Rutinitas
Jika melihat situasi global sekarang ini, apalagi ditambah dengan berbagai persoalan pribadi, ternyata masih banyak umat Katolik yang terjebak dalam pola pikir bahwa berdoa Rosario hanyalah “sekedar rutinitas dan formalitas” belaka. Yang sering terjadi, kebanyakan umat tahu, bahwa pada bulan ini akan sering diselenggarakan Doa Rosario, namun mereka hanya mengikuti saja, tanpa ada intensi yang jelas. Hal seperti ini harus ditinggalkan. Berdoa harus berasal dari kesadaran dan kepekaan akan situasi permasalahan, baik di level global sampai pada level lokal.
Aktivitas Doa Tempelan
Berikutnya adalah trend sekedar unjuk muka. Selain hanya sebagai formalitas, demam media sosial turut mempengaruhi perangai maupun sikap seseorang bahkan ketika sedang berdoa. Hal ini lebih mirip kalau dikatakan sebagai gaya berdoa orang Farisi. Yang penting tampil, penting tenar, jadi viral kalau bisa, terlebih melupakan hakikat dan nilai yang sesungguhnya dari pendarasan tiap untaian Doa Rosario.
Sungguh ironis, ketika spirit berdoa rosario justru bergeser pada spirit “sekedar unjuk muka“ di kalangan umat. Tindakan ini jelas akan merugikan diri sendiri dan orang lain. Spirit doa kita menjadi dangkal dan aktivitas doa kita menjadi aktivitas doa tempelan. Tindakan ini akhirnya tidak banyak membantu karena tidak dibuat secara sungguh dari kedalaman hati.
Paradigma Doa Untuk Dunia
Sangatlah penting kiranya untuk membuka paradigma berpikir yang lebih luas dalam berdoa. Maksudnya, bagi orang Katolik yang berada di kelompok umat basis atau di lingkungan-lingkungan, sebaiknya tidak hanya berdoa untuk kepentingan kelompk dan lingkungan semata.
Kiranya sangat perlu dititipkan intensi-intensi bagi perdamaian dan keselamatan dunia ini.
Mengapa? Karena masih banyak saudara kita yang membutuhkan bantuan doa kita.
Hal lain yang mungkin jarang kita sadari adalah adanya kejadian-kejadian di level global yang turut mempengaruhi situasi di level lokal. Globalisasi membuat terbentuknya jejaring sebab-akibat yang saling berkaitan dari level global sampai lokal.
Ini bisa terjadi karena sebagaimana uraian Anthony Giddes (2001) dalam bukunya, Entfesselte Welt : Wie die Globalisierung unser Leben verändert, bahwa ada struktur dan agen yang selalu saling mempengaruhi sehingga terus menciptakan perubahan sosial dan perubahan dunia.
Militansi Umat Kristiani
Akhirnya, di awal Bulan Rosario ini, sebagai umat Katholik, ada baiknya kita mulai lebih serius, bahkan kalau perlu bersikap lebih militan, namun tetap positif, untuk berdoa bersama Bunda Maria bagi ujud dan intensi yang berkaitan dengan situasi dunia dan lingkungan kita yang sedang dilanda begitu banyak persoalan.
Melalui doa-doa itu, kita berharap dan tetap optimis bahwa Bunda Maria, Bunda Penolong Abadi, akan senantiasa membantu kita sehingga bisa menang melawan Pandemi Covid 19, atau membantu melunakkan hati berbagai pihak yang sedang berkonflik sehingga akhirnya dapat berdamai.
Berdoa mungkin adalah tindakan yang biasa, tetapi tindakan ini juga bisa mempunyai hasil yang luar biasa.
Baca juga : Bulan Oktober Bulan Rosario
Selamat memasuki Bulan Rosario. Ad Jesum Per Maria. (dp)